MATERI TEKS PUISI
A. Pengertian Puisi
Puisi
merupakan bentuk karya sastra yang disajikan dalam bentuk bahasa yang indah.
Puisi menggambarkan perasaan penyairnya. Penyair menyampaikan pesan melalui
rangkaian kata-kata indah. Selain itu, puisi juga mengandung makna. Makna puisi
sangat penting untuk diketahui pembaca.
Menurut
Herman J. Waluyo (kritikus sastra Indonesia), puisi adalah karya sastra dengan
bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu
dan diksi kias (imajinatif). Sementara itu, menurut KBBI, puisi adalah ragam
sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik
dan bait.
B. Jenis Puisi
Berdasarkan
zamannya, jenis puisi dikelompokkan menjadi dua sebagai berikut.
1.
Puisi
Lama
Puisi lama
adalah puisi yang masih terikat oleh berbagai aturan. Puisi lama masih terikat
oleh persajakan, jumlah kata dalam tiap larik, dan jumlah larik dalam tiap
bait. Jenis puisi lama yakni pantun, syair, mantra, gurindam, seloka, karmina,
talibun, dan bidal.
2.
Puisi
Baru
Puisi baru
adalah puisi yang bersifat dinamis, artinya puisinya sudah tidak terikat oleh
aturan-aturan baku puisi lama. Puisi baru memiliki tipografi yang luas dan
bebas jika dibandingkan dengan puisi lama. Jenis puisi baru yakni balada,
himne, epigram, romansa, elegi, distikon, terzina, kuatrin,kuint, sektet,
septima, oktaf, sonata, dan kontemporer.
C. Struktur Puisi
Puisi
terdiri atas struktur fisik dan struktur batin.
a)
Struktur
Fisik Puisi
Struktur
fisik puisi merupakan sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk
mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi sebagai berikut.
1.
Tipografi
(bentuk)
2.
Diksi
(pilihan kata)
3.
Imaji
(citraan)
4.
Kata
konkret
5.
Rima
(persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun akhir baris puisi)
6.
Gerak
atau gesture
7.
Simbol
atau lambang
b)
Struktur
Batin Puisi
Struktur
batin puisi adalah struktur yang tidak dapat dilihat oleh panca indera
penglihatan secara langsung. Struktur batin puisi sebagai berikut.
1.
Tema
2.
Feeling atau rasa
3.
Irama
4.
Artikulasi/lafal
5.
Intonasi
6.
Jeda/tempo
7.
Amanat
D. Gaya Bahasa (Majas)
1) Majas Alegori: Majas alegori
adalah majas yang menyatakan dengan ungkapan kiasan atau penggambaran.
2) Majas Personifikasi: Majas
personifikasi adalah majas yang membandingkan antara manusia dengan benda mati,
seolah-olah benda tersebut memiliki sifat layaknya manusia.
3) Majas Metafora: Majas metafora ini merupakan
majas yang memakai analogi atau perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda.
4) Majas Metonimia: Majas metonomia
ini menyatakan suatu hal dengan memakai kata lain yang punya keterkaitan (misalnya
sebuah merek dagang).
5) Majas Asosiasi: Majas asosiasi
digunakan untuk membandingkan perasaan atau emosi dengan suatu objek, simbol,
atau situasi yang berbeda.
6) Majas Hiperbola: Majas hiperbola
adalah majas yang melebih-lebihkan sesuatu dan bersifat tidak logis.
7) Majas Simile: Majas simile adalah
majas yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda, menggunakan kata
'seperti' atau 'sebagai'.
8) Majas Antonomasia: Majas
antonomasia biasanya menggunakan nama atau gelar yang mewakili orang atau
sesuatu yang lebih spesifik, untuk menyampaikan ide atau perasaan secara
implisit.
9) Majas Sinekdoke Pars Pro Toto: Majas
pars pro toto adalah majas yang menggunakan sebagian unsur/objek untuk
menunjukkan keseluruhan objek.
10) Majas Sinekdoke Totem Pro Parte: Majas
totem pro parte adalah majas yang mengungkapkan keseluruhan objek padahal hanya
sebagian objek saja.
2.
Majas
Sindiran
1)
Majas
Eufimisme: Majas eufinisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus
terhadap ungkapan yang dirasa kasar atau merugikan.
2)
Majas
Ironi: Majas sindiran ini digunakan dengan cara menyembunyikan fakta
dan mengatakan hal yang sebaliknya.
3)
Majas
Sarkasme: Majas sindiran ini pengungkapannya dengan cara terang-terangan
mengejek/menyindir dengan sangat kasar.
4)
Majas
Sinisme: Majas sinisme ini lebih bersifat mencemooh atas ide atau pemikiran.
3.
Majas
Penegasan
1) Majas Pleonasme: Majas pleonasme
adalah majas yang menambahkan keterangan pada kalimat yang sudah jelas
(sebenarnya tidak diperlukan).
2)
Majas
Repetisi: Majas repetisi ini merupakan majas pengulangan kata, frasa, atau
klausa untuk mempertegas maksudnya.
3)
Majas
Retorika: Majas retorika ini berbentuk kalimat tanya, namun tidak memerlukan
jawaban. Tujuan kalimat tanya tersebut sebagai penegasan akan suatu hal.
4)
Majas
Aliterasi: Majas aliterasi adalah majas yang menggunakan pengulangan huruf
konsonan pada awal kata.
5)
Majas
Simbolik: Majas simbolik adalah majas yang menggunakan simbol atau lambang
untuk mengekspresikan suatu ide atau perasaan.
6)
Majas
Paralelisme: Majas paralelisme adalah majas penegasan yang menggunakan
pengulangan kata. Pengulangan ini memiliki struktur, ritme, atau gaya yang sama
untuk menekankan ide atau perasaan.
4.
Majas
Pertentangan
1)
Majas
Litotes: Majas litotes merupakan majas yang menggunakan ungkapan penurunan
kualitas untuk merendahkan diri.
2) Majas Antitesis: Majas antitesis adalah majas
yang menggunakan dua kata berlawanan untuk mengungkapkan suatu pertentangan.
3) Majas Paradoks: Majas paradoks
adalah majas yang mengandung pertentangan antara kenyataan dengan fakta yang
ada, tapi pada kenyataannya mengandung kebenaran.
E. Citraan/Imaji
1.
Citraan
Penglihatan
Citraan
yang menggunakan indera penglihatan untuk menggambarkan objek yang dirasakan
dapat dilihat.
2.
Citraan
Pendengaran
Citraan
menggunakan indera pendengar untuk menggambarkan objek yang didengar.
3.
Citraan
Taktil (Perabaan)
Citraan
menggunakan indera perabaan (kulit) untuk menggambarkan segala sesuatu yang
dirasakan saat membaca atau mendengarkan.
4.
Citraan
Penciuman
Citraan
ini menggunakan indera penciuman (hidung) untuk mencium bebauan.
5.
Citraan
Pengecapan
Citraan
ini menggunakan citraan indera pengecap (lidah) untuk merasakan suatu rasa.
F.
Langkah-langkah Membuat Puisi
1.
Menentukan
tema
2.
Menuliskan
tema yang dipilih
3.
Memilih
diksi yang tepat
4.
Mengembangkan
diksi
5.
Menyusun
larik-larik puisi menjadi baik dengan mempertimbangkan rima
6.
Memberikan
judul
G. Teknik Berpuisi
1.
Pembacaan
Deklamasi
Teknik berpuisi dengan cara
deklamasi menuntut Anda untuk menghafalkan teks puisi terlebih dahulu. Dalam
hal ini, pembacaan puisi tidak membawa dan atau tidak menggunakan media teks
saat Anda tampil. Teknik ini menitik beratkan pada pengayatan, ekspresi, suara,
dan gestur atau gerak tubuh.
2.
Pembacaan
Teatrikal
Teknik pembacaan ini menitik
beratkan pada penampilan untuk ekspesif, penghayatan penuh terhadap puisi yang
dibacakan. Pembacaan teatrikal juga memerlukan property yang mendukung, seperti
kostum, aksesoris, musik, dan setting panggung.
3.
Pembacaan
Tekstual
Teknik
pembacaan tekstual adalah Teknik pembacaan puisi dengan cara membaca teks
secara langsung, akan tetapi tidak boleh terlalu tekstual, karena harus
memerhatikan hal sebagai berikut.
a.
sikap
dan tatapan mata ke penonton
b.
membaca
terlebih dahulu judul dan pengarang puisi
c.
artikulasi
jelas
d.
Ketika
membaca puisi, harus baris per baris dalam tiap baitnya
e.
Selama
pembacaan puisi, pembaca harus tetap fokus dan tidak menghiraukan suara lain
f.
Ketika
pembacaan puisi selesai, berhentilah beberapa saat. Tetap bersikap tenang,
hembuskan napas secara perlahan, dan melakukan penghormatan kepada penonton,
misal mengucapkan terima kasih.
g.
Tinggalkan
tempat pembacaan puisi dengan sikap yang tenang, wajar, dan tidak tergesa-gesa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar