Kamis, 11 Januari 2024

BAHASA INDONESIA KELAS X: TEKS CERITA RAKYAT (HIKAYAT)

TEKS CERITA RAKYAT (HIKAYAT)

 

A.  Pengertian Hikayat

    Secara etimologis, hikayat berasal dari bahasa Arab, yaitu haka yang artinya menceritakan atau bercerita. Menurut KBBI, hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan dari sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meamaikan pesta.

B.  Ciri-ciri Hikayat

1.     Bersifat anonim, statis, dan istana sentris

2.     Bersifat bersifat komunal (milik masyarakat)

3.     Bersifat tradisional (meneuskan budaya, tradisi, dan kebiasaan yang dianggap baik)

4.     Bersifat didaktis (bersifat bagik untuk Pendidikan dan religius)

5.     Menggunakan bahasa klise (penggunaan bahasa yang diulang-ulang)

6.     Bersifat tidak logis atau memuat kemustahilan

7.     Menceritakan kesaktian seorang tokoh

8.     Menceritakan kisah universal manusia, menceritakan peperangan antara yang baik dan yang buruk, dimenangkan oleh yang baik

C.  Nilai-nilai dalam Hikayat

1.     Nilai religi atau agama : nilai yang berkaitan dengan ketuhanan.

2.     Nilai moral : nilai yang berkaitan dengan sikap atau tingkah laku.

3.     Nilai budaya : nilai yang berkaitan dengan adat atau kebiasaan masyarakat.

4.     Nilai sosial :nilai yang berkaitan dengan kepatuhan, kepantasan, dan hubungan antarmanusia dengan manusia lain.

5.     Nilai estetika : nilai yang berkaitan dengan segala keindahan dan seni.

6.     Nilai eduksi (Pendidikan) : nilai yang berkaitan dengan semangat seseorang untuk selalu semangat dan giat dalam mencari ilmu.

D.  Unsur Hikayat

a)    Unsur Intrinsik

1.     Tema

2.     Tokoh dan penokohan

3.     Alur/plot

4.     Latar/setting

5.     Sudut pandang

6.     Amanat

b)    Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik dalam hikayat merupakan unsur yang membangun dari luar cerita hikayat, seperti nilai-nilai, adat istiadat masyarakat atau kebiasaan, latar belakang sosial, budaya, dan silsilah atau garis keturunan.

E.  Kaidah Kebahasaan Hikayat

1.     Menggunakan majas, berikut jenis majas yang sering digunakan pada cerita hikayat:

1. Majas Perbandingan

1) Majas Alegori : Majas alegori adalah majas yang menyatakan dengan ungkapan kiasan atau penggambaran.

2) Majas Personifikasi : Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan antara manusia dengan benda mati, seolah-olah benda tersebut memiliki sifat layaknya manusia.

3) Majas Metafora : Majas metafora ini merupakan majas yang memakai analogi atau perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda.

4) Majas Metonimia : Majas metonomia ini menyatakan suatu hal dengan memakai kata lain yang punya keterkaitan (misalnya sebuah merek dagang).

5) Majas Asosiasi : Majas asosiasi digunakan untuk membandingkan perasaan atau emosi dengan suatu objek, simbol, atau situasi yang berbeda.

6) Majas Hiperbola : Majas hiperbola adalah majas yang melebih-lebihkan sesuatu dan bersifat tidak logis.

7) Majas Simile : Majas simile adalah majas yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda, menggunakan kata 'seperti' atau 'sebagai'.

8) Majas Antonomasia : Majas antonomasia biasanya menggunakan nama atau gelar yang mewakili orang atau sesuatu yang lebih spesifik, untuk menyampaikan ide atau perasaan secara implisit.

9) Majas Sinekdoke Pars Pro Toto : Majas pars pro toto adalah majas yang menggunakan sebagian unsur/objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

10) Majas Sinekdoke Totem Pro Parte : Majas totem pro parte adalah majas yang mengungkapkan keseluruhan objek padahal hanya sebagian objek saja.

2. Majas Sindiran

1) Majas Eufimisme : Majas eufinisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus terhadap ungkapan yang dirasa kasar atau merugikan.

2) Majas Ironi : Majas sindiran ini digunakan dengan cara menyembunyikan fakta dan mengatakan hal yang sebaliknya.

3) Majas Sarkasme : Majas sindiran ini pengungkapannya dengan cara terang-terangan mengejek/menyindir dengan sangat kasar.

4) Majas Sinisme : Majas sinisme ini lebih bersifat mencemooh atas ide atau pemikiran.

3. Majas Penegasan

1) Majas Pleonasme : Majas pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada kalimat yang sudah jelas (sebenarnya tidak diperlukan).

2) Majas Repetisi : Majas repetisi ini merupakan majas pengulangan kata, frasa, atau klausa untuk mempertegas maksudnya.

3) Majas Retorika : Majas retorika ini berbentuk kalimat tanya, namun tidak memerlukan jawaban. Tujuan kalimat tanya tersebut sebagai penegasan akan suatu hal.

4) Majas Aliterasi : Majas aliterasi adalah majas yang menggunakan pengulangan huruf konsonan pada awal kata.

5) Majas Simbolik : Majas simbolik adalah majas yang menggunakan simbol atau lambang untuk mengekspresikan suatu ide atau perasaan.

6) Majas Paralelisme : Majas paralelisme adalah majas penegasan yang menggunakan pengulangan kata. Pengulangan ini memiliki struktur, ritme, atau gaya yang sama untuk menekankan ide atau perasaan.

4. Majas Pertentangan

1)       Majas Litotes

Majas litotes merupakan majas yang menggunakan ungkapan penurunan kualitas untuk merendahkan diri.

2) Majas Antitesis : Majas antitesis adalah majas yang menggunakan dua kata berlawanan untuk mengungkapkan suatu pertentangan.

3) Majas Paradoks : Majas paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara kenyataan dengan fakta yang ada, tapi pada kenyataannya mengandung kebenaran.

2.     Menggunakan kata arkais

3.     Menggunakan bahasa yang sulit dipahami

4.     Pola teks hikayat berbentuk narasi

5. Menggunakan konjungsi temporal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar