Jumat, 12 Januari 2024

BAHASA INDONESIA KELAS X: TEKS PUISI

TEKS PUISI

 

A.  Pengertian Puisi

    Puisi merupakan bentuk karya sastra yang disajikan dalam bentuk bahasa yang indah. Puisi menggambarkan perasaan penyairnya. Penyair menyampaikan pesan melalui rangkaian kata-kata indah. Selain itu, puisi juga mengandung makna. Makna puisi sangat penting untuk diketahui pembaca.

    Menurut Herman J. Waluyo (kritikus sastra Indonesia), puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan diksi kias (imajinatif).

    Sementara itu, menurut KBBI, puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

B.  Jenis Puisi

Berdasarkan zamannya, jenis puisi dikelompokkan menjadi dua sebagai berikut.

1.     Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh berbagai aturan. Puisi lama masih terikat oleh persajakan, jumlah kata dalam tiap larik, dan jumlah larik dalam tiap bait. Jenis puisi lama yakni pantun, syair, mantra, gurindam, seloka, karmina, talibun, dan bidal.

2.     Puisi Baru

Puisi baru adalah puisi yang bersifat dinamis, artinya puisinya sudah tidak terikat oleh aturan-aturan baku puisi lama. Puisi baru memiliki tipografi yang luas dan bebas jika dibandingkan dengan puisi lama. Jenis puisi baru yakni balada, himne, epigram, romansa, elegi, distikon, terzina, kuatrin,kuint, sektet, septima, oktaf, sonata, dan kontemporer.

C.  Struktur Puisi

Puisi terdiri atas struktur fisik dan struktur batin.

a)    Struktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi merupakan sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi sebagai berikut.

1.     Tipografi (bentuk)

2.     Diksi (pilihan kata)

3.     Imaji (citraan)

4.     Kata konkret

5.     Rima (persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun akhir baris puisi)

6.     Gerak atau gesture

7.     Simbol atau lambang

b)    Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi adalah struktur yang tidak dapat dilihat oleh panca indera penglihatan secara langsung. Struktur batin puisi sebagai berikut.

1.     Tema

2.     Feeling atau rasa

3.     Irama

4.     Artikulasi/lafal

5.     Intonasi

6.     Jeda/tempo

7.     Amanat

D.  Gaya Bahasa (Majas)

1.    Majas Perbandingan

1)  Majas Alegori

Majas alegori adalah majas yang menyatakan dengan ungkapan kiasan atau penggambaran.

2)  Majas Personifikasi

Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan antara manusia dengan benda mati, seolah-olah benda tersebut memiliki sifat layaknya manusia.

3)   Majas Metafora

Majas metafora ini merupakan majas yang memakai analogi atau perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda.

4)  Majas Metonimia

Majas metonomia ini menyatakan suatu hal dengan memakai kata lain yang punya keterkaitan (misalnya sebuah merek dagang).

5)  Majas Asosiasi

Majas asosiasi digunakan untuk membandingkan perasaan atau emosi dengan suatu objek, simbol, atau situasi yang berbeda.

6)  Majas Hiperbola

Majas hiperbola adalah majas yang melebih-lebihkan sesuatu dan bersifat tidak logis.

7)  Majas Simile

Majas simile adalah majas yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda, menggunakan kata 'seperti' atau 'sebagai'.

8)  Majas Antonomasia

Majas antonomasia biasanya menggunakan nama atau gelar yang mewakili orang atau sesuatu yang lebih spesifik, untuk menyampaikan ide atau perasaan secara implisit.

9)  Majas Sinekdoke Pars Pro Toto

Majas pars pro toto adalah majas yang menggunakan sebagian unsur/objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

10)  Majas Sinekdoke Totem Pro Parte

Majas totem pro parte adalah majas yang mengungkapkan keseluruhan objek padahal hanya sebagian objek saja.

2.     Majas Sindiran

1)    Majas Eufimisme

Majas eufinisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus terhadap ungkapan yang dirasa kasar atau merugikan.

2)    Majas Ironi

Majas sindiran ini digunakan dengan cara menyembunyikan fakta dan mengatakan hal yang sebaliknya.

3)    Majas Sarkasme

Majas sindiran ini pengungkapannya dengan cara terang-terangan mengejek/menyindir dengan sangat kasar.

4)    Majas Sinisme

Majas sinisme ini lebih bersifat mencemooh atas ide atau pemikiran.

3.     Majas Penegasan

1)  Majas Pleonasme

Majas pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada kalimat yang sudah jelas (sebenarnya tidak diperlukan).

2)    Majas Repetisi

Majas repetisi ini merupakan majas pengulangan kata, frasa, atau klausa untuk mempertegas maksudnya.

3)    Majas Retorika

Majas retorika ini berbentuk kalimat tanya, namun tidak memerlukan jawaban. Tujuan kalimat tanya tersebut sebagai penegasan akan suatu hal.

4)    Majas Aliterasi

Majas aliterasi adalah majas yang menggunakan pengulangan huruf konsonan pada awal kata.

5)    Majas Simbolik

Majas simbolik adalah majas yang menggunakan simbol atau lambang untuk mengekspresikan suatu ide atau perasaan.

6)    Majas Paralelisme

Majas paralelisme adalah majas penegasan yang menggunakan pengulangan kata. Pengulangan ini memiliki struktur, ritme, atau gaya yang sama untuk menekankan ide atau perasaan.

4.     Majas Pertentangan

1)    Majas Litotes

Majas litotes merupakan majas yang menggunakan ungkapan penurunan kualitas untuk merendahkan diri.

2)   Majas Antitesis

Majas antitesis adalah majas yang menggunakan dua kata berlawanan untuk mengungkapkan suatu pertentangan.

3)  Majas Paradoks

Majas paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara kenyataan dengan fakta yang ada, tapi pada kenyataannya mengandung kebenaran.

E.  Citraan/Imaji

1.     Citraan Penglihatan

Citraan yang menggunakan indera penglihatan untuk menggambarkan objek yang dirasakan dapat dilihat.

2.     Citraan Pendengaran

Citraan menggunakan indera pendengar untuk menggambarkan objek yang didengar.

3.     Citraan Taktil (Perabaan)

Citraan menggunakan indera perabaan (kulit) untuk menggambarkan segala sesuatu yang dirasakan saat membaca atau mendengarkan.

4.     Citraan Penciuman

Citraan ini menggunakan indera penciuman (hidung) untuk mencium bebauan.

5.     Citraan Pengecapan

Citraan ini menggunakan citraan indera pengecap (lidah) untuk merasakan suatu rasa.

F.   Langkah-langkah Membuat Puisi

1.     Menentukan tema

2.     Menuliskan tema yang dipilih

3.     Memilih diksi yang tepat

4.     Mengembangkan diksi

5.     Menyusun larik-larik puisi menjadi baik dengan mempertimbangkan rima

6.     Memberikan judul

G.               Teknik Berpuisi

1.     Pembacaan Deklamasi

Teknik berpuisi dengan cara deklamasi menuntut Anda untuk menghafalkan teks puisi terlebih dahulu. Dalam hal ini, pembacaan puisi tidak membawa dan atau tidak menggunakan media teks saat Anda tampil. Teknik ini menitik beratkan pada pengayatan, ekspresi, suara, dan gestur atau gerak tubuh.

2.     Pembacaan Teatrikal

Teknik pembacaan ini menitik beratkan pada penampilan untuk ekspesif, penghayatan penuh terhadap puisi yang dibacakan. Pembacaan teatrikal juga memerlukan property yang mendukung, seperti kostum, aksesoris, musik, dan setting panggung.

3.     Pembacaan Tekstual

Teknik pembacaan tekstual adalah Teknik pembacaan puisi dengan cara membaca teks secara langsung, akan tetapi tidak boleh terlalu tekstual, karena harus memerhatikan hal sebagai berikut.

a.   sikap dan tatapan mata ke penonton

b.   membaca terlebih dahulu judul dan pengarang puisi

c.   artikulasi jelas

d.   Ketika membaca puisi, harus baris per baris dalam tiap baitnya

e.   Selama pembacaan puisi, pembaca harus tetap fokus dan tidak menghiraukan suara lain

f.    Ketika pembacaan puisi selesai, berhentilah beberapa saat. Tetap bersikap tenang, hembuskan napas secara perlahan, dan melakukan penghormatan kepada penonton, misal mengucapkan terima kasih.

g.   Tinggalkan tempat pembacaan puisi dengan sikap yang tenang, wajar, dan tidak tergesa-gesa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar