Senin, 27 Mei 2024

MATERI BAHASA INDONESIA TL KELAS XI TEKS REKON

MATERI TEKS REKON

A.  Pengertian Teks Rekon

Teks rekon adalah salah satu jenis teks yang memuat suatu peristiwa, kegiatan, kejadian atau pengalaman masa lalu yang telah diamati secara kronologis dan ditujukan untuk memberikan informasi ataupun menghibur pembacanya.

Teks rekon terbagi ke dalam tiga jenis. Jenis yang pertama adalah teks rekon pribadi yang memuat kejadian yang melibatkan penulis secara langsung. Jenis yang kedua adalah rekon faktual yang memuat cerita ulang terkait kejadian faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dll.

B.  Fungsi Sosial Teks Rekon

1.    Menceritakan pengalaman atau peristiwa yang dialami

2.    Menceritakan sesuatu secara runtut

3.    Mengandung nilai moral untuk pembacanya.

C.  Ciri Kebahasaan Teks Rekon

1.      Menggunakan kata penjelas waktu untuk melakukan penceritaan waktu lampau. Seperti: pada masa itu, pada tanggal 6 Agustus 1945, dahulu kala, dll.

2.      Menggunakan kata-kata yang ditujukan untuk menunjukan urutan peristiwa atau kronologis dalam cerita. Seperti: setelah, selanjutnya,kemudian.

3.      Menggunakan kata yang menunjukan siapa (partisipan: aku, kami, mereka, dia, dll), apa, kapan, dimana, bagaimana. Seperti: nama orang, ia, kita, menyenangkan, dll.

4.      Menggunakan kata yang menunjukan kata tempat dan waktu. Seperti: kota Bandung pada tanggal 24 Maret 1946.

5.      Menggunakan kata kerja aksi. Seperti: mengeksploitasi, meledakkan, dll.

6.      Menggunakan kata sifat. Seperti saksama, kacau, dll.

D.  Struktur Teks Rekon
1) Judul: Kata atau frasa kunci yang mewakili keseluruhan teks
2) Orientasi: Bagian pengenalan atau pembuka dari sebuah teks. Biasanya memuat gambaran umum dari cerita yang akan dibawakan
3) Urutan peristiwa: Rekaman peristiwa yang terjadi dan biasanya disampaikan melalui urutan kronologis. Bagian ini merupakan inti dari teks.
4) Reorientasi: Pembahasan ulang peristiwa, biasanya disertai komentar pribadi penulis. Bagian ini bersifat opsional yang artinya tidak semua teks terdapat bagian ini.

 

 

MATERI KELAS XII TEKS EDITORIAL

MATERI TEKS EDITORIAL

 

A.  Pengertian Teks Editorial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks editorial merupakan suatu gagasan, ide ataupun pendirian seseorang yang ditulis melalui kaidah kebahasaan teks opini.

Walau berupa opini atau pendapat, penulisannya dilengkapi dengan bukti, fakta, dan argumentasi yang logis. Dengan begitu, apa yang dikemukakan mampu memberikan wawasan dan dampak bagi seseorang yang membacanya.

B.  Manfaat Teks Editorial

1. Untuk menyampaikan berita atau informasi kepada para pembaca.

2. Teks editorial terkadang dapat menggerakkan pembaca agar mau bertindak.

3. Memberikan motivasi untuk pembaca.

4. Untuk memengaruhi pemikiran si pembaca.

C.  Ciri-ciri Teks Editorial

1. Topik tulisan teks editorial selalu hangat (sedang berkembang dan dibicarakan secara luas oleh masyarakat), bersifat aktual dan faktual.

2. Teks editorial bersifat sistematis dan logis.

3. Teks editorial merupakan sebuah opini/pendapat yang bersifat argumentatif.

4. Teks editorial menarik untuk dibaca karena ditulis dengan menggunakan kalimat yang singkat, padat, dan jelas.

5. Bersifat analisis.

6. Dimulai dengan pemaparan fakta umum terlebih dahulu dan selanjutnya disusul dengan pemaparan pendapat.

D.  Tujuan Teks Editorial

1. Untuk memberikan pandangan atau opini sang redaksi terhadap para pembaca pada isu yang tengah berkembang atau hangat dibicarakan.

2. Untuk mengajak pembaca agar turut berpikir terkait isu aktual yang tengah hangat diperbincangkan atau di kehidupan sekitar.

E. Fungsi Teks Editorial

1. Fungsi teks editorial ialah untuk menjelaskan berita-berita dan dampaknya pada masyarakat.

2. Memberi latar belakang yang berkaitan dengan kenyataan sosial dan faktor yang memengaruhi dengan lebih menyeluruh.

3. Terkadang ada analisis kondisi yang berperan untuk masyarakat agar mempersiapkan akan kemungkinan yang akan terjadi.

F. Struktur Teks Editorial

a)      Pernyataan pendapat (tesis): berisi suatu sudut pandang penulis mengenai masalah yang sedang dibahas, biasanya berisi teori yang diperkuat dari argumen.

b)      Argumentasi: berisi alasan atau bukti yang gunanya untuk memperkuat pernyataan dalam tesisi. Argumentasi yang diberikan bisa berupa pertanyaan umum/data hasil penelitian, pernyataan para ahli, atau fakta-fakta melalui referensi yang bisa dipercaya.

c)      Pernyataan atau Penegasan ulang pendapat (Reiteration): berisi suatu penegasan ulang pendapat yang didukung oleh suatu fakta di bagian argumentasi yang mana untuk memperkuat/menegaskan. Penegasan ulang berada di bagian akhir teks.

G. Kaidah Kebahasaan Teks Editorial

1. Adverbia, yaitu ditujukan supaya pembaca meyakini teks yang dibahas, dengan menegaskan menggunakan kata keterangan (adverbia frekuentatif), kata yang umumnya digunakan yaitu, selalu, biasanya, sering, kadang-kadang, sebagian besar waktu, jarang, dan sebagainya.

2. Konjungsi, yaitu kata penghubung pada teks, contohnya, bahkan.

3. Verba material, yaitu verba yang menjelaskan perbuatan fisik/peristiwa.

4. Verba relasional, yakni menerangkan hubungan intensitas (pengertian A adalah B) dan milik (mengandung pengertian A mempunyai B).

5. Verba mental, yaitu verba yang menerangkan persepsi (misalnya melihat, merasa), afeksi (misalnya senang, suka dan khawatir), dan kognisi (misalnya berpikir, paham dan mengerti), pada verba mental terdapat partisipan pengindra (sensor) dan fenomena.

H. Cara Menyusun Teks Editorial

1. Pilih topik penting yang hendak diangkat/dibahas (Selecting)

2. Kumpulkan Argumentasi Pendukung untuk memperkuat hpini yang Hendak disampaikan (Collecting)

3. Hubungkan Isu, Argumentasi, dan Opini dengan style media (Connecting)

4. Lakukan pemeriksaan penyeluruh terhadap hasil tulisan (Correcting)

MATERI KELAS XI TEKS PERSUASI

 MATERI TEKS PERSUASI

 

A.  Pengertian Teks Persuasi

Teks persuasif merupakan tulisan yang ditujukan untuk membujuk atau mengajak pembaca agar mengikuti dan mempercayai isi teks -baik saran atau pendapat tertentu- yang disampaikan oleh penulis.

B.  Ciri Teks Persuasi

1)   Persuasi berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.

2)   Persuasi harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.

3)   Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui kepercayaan antara penulis dengan pembaca.

4)   Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai.

5)   Persuasi memerlukan fakta dan data.

 

C.  Struktur Teks Persuasi

1.    Pengenalan Isu

Berisi gambaran pengantar mengenai suatu masalah tertentu. Biasanya digunakan sebagai dasar tulisan yang disampaikan oleh seorang penulis.

2.    Rangkaian Argumen

Berisi beberapa pendapat penulis terhadap suatu masalah yang pada bagian pengenalan isu telah disebutkan. Selain itu, bagian ini juga mencantumkan beberapa fakta yang dapat memperkuat alasan penulis.

3.      Pernyataan Ajakan

Bagian ini dapat dikatakan sebagai inti dari teks persuasif. Di dalamnya terdapat ajakan dari penulis kepada pembaca untuk melakukan atau mempercayai suatu hal.

4.      Penegasan Kembali

Pada bagian ini penulis akan berusaha menegaskan ulang apa yang disampaikan. Beberapa contoh kata yang digunakan dapat mencitrakan bagian ini, misalnya: demikianlah, dengan demikian, oleh karena itu, dan sebagainya.

 

D.  Kaidah Kebahasaan Teks Persuasi

1)      Menggunakan kata teknis (topik pembahasan yang khas).

2)      Menggunakan verba mental.

3)      Menggunakan konjungsi argumentatif untuk menyatakan alasan (misalnya: jika, sebab, karena, akibatnya, dll).

4)      Menggunakan kata rujukan (teori dan validasi sumber data yang berkaitan dengan topik bahasan).

 

MATERI KELAS XI BAHASA INDONESIA TL TEKS DESKRIPSI

 

MATERI TEKS DESKRIPSI

A.  Pengertian Teks Deskripsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) deskripsi merupakan pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Deskripsi juga diartikan sebagai uraian.

Deskripsi berasal dari bahasa Latin describere yang artinya menggambarkan atau memberikan suatu hal. Dikutip dari buku Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan, Taufiqur Rahman menjelaskan deskripsi merupakan gambaran mengenai suatu hal yang dilukiskan dengan kondisi yang sebenarnya.

B.  Ciri-ciri Teks Deskripsi
1. Menggambarkan atau melukiskan sesuatu
2. Penggambaran dilakukan dengan jelas dan melibatkan kesan indera
3. Membuat pembaca ikut merasakan sendiri atau mengalaminya
4. Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan secara terperinci

C.  Kaidah Kebahasaan Teks Deskripsi
1. Penggunaan kata baku (formal, kreativitas, aktif, dan lain sebagainya)
2. Penggunaan kata hubung/ kata sambung atau konjungsi (atau, dan, tetapi, sehingga)
3. Penggunaan kata berimbuhan (ber-, men-, dan sebagainya)
4. Penggunaan kata rujukan (ini, itu, di sana, di sini, dan tersebut)

D.  Struktur Teks Deskripsi
1. Identifikasi merupakan penetapan identitas baik orang, benda, atau objek lainnya.
2. Klasifikasi merupakan penyusunan golongan atau pengelompokan menurut kaidah yang telah ditetapkan.
3. Deskripsi bagian merupakan paragraf yang berisi tentang manfaat dari objek yang sedang diamati.

E.  Jenis Teks Deskripsi
1. Teks Deskriptif Spasial
Teks deskriptif spasial adalah teks yang melukiskan tentang ruang atau tempat berlangsungnya suatu peristiwa.
2. Teks Deskriptif Objektif
Teks deskriptif objektif merupakan teks yang menggambarkan suatu hal atau orang dengan mengungkapkan identitas hal/orang tersebut.
3. Teks Deskriptif Subjektif
Teks deskriptif subjektif adalah teks yang menggambarkan objek seperti penafsiran atau kesan perasaan penulis (tafsiran penulis).

Jumat, 12 Januari 2024

BAHASA INDONESIA KELAS X: TEKS PUISI

TEKS PUISI

 

A.  Pengertian Puisi

    Puisi merupakan bentuk karya sastra yang disajikan dalam bentuk bahasa yang indah. Puisi menggambarkan perasaan penyairnya. Penyair menyampaikan pesan melalui rangkaian kata-kata indah. Selain itu, puisi juga mengandung makna. Makna puisi sangat penting untuk diketahui pembaca.

    Menurut Herman J. Waluyo (kritikus sastra Indonesia), puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan diksi kias (imajinatif).

    Sementara itu, menurut KBBI, puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

B.  Jenis Puisi

Berdasarkan zamannya, jenis puisi dikelompokkan menjadi dua sebagai berikut.

1.     Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh berbagai aturan. Puisi lama masih terikat oleh persajakan, jumlah kata dalam tiap larik, dan jumlah larik dalam tiap bait. Jenis puisi lama yakni pantun, syair, mantra, gurindam, seloka, karmina, talibun, dan bidal.

2.     Puisi Baru

Puisi baru adalah puisi yang bersifat dinamis, artinya puisinya sudah tidak terikat oleh aturan-aturan baku puisi lama. Puisi baru memiliki tipografi yang luas dan bebas jika dibandingkan dengan puisi lama. Jenis puisi baru yakni balada, himne, epigram, romansa, elegi, distikon, terzina, kuatrin,kuint, sektet, septima, oktaf, sonata, dan kontemporer.

C.  Struktur Puisi

Puisi terdiri atas struktur fisik dan struktur batin.

a)    Struktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi merupakan sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi sebagai berikut.

1.     Tipografi (bentuk)

2.     Diksi (pilihan kata)

3.     Imaji (citraan)

4.     Kata konkret

5.     Rima (persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun akhir baris puisi)

6.     Gerak atau gesture

7.     Simbol atau lambang

b)    Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi adalah struktur yang tidak dapat dilihat oleh panca indera penglihatan secara langsung. Struktur batin puisi sebagai berikut.

1.     Tema

2.     Feeling atau rasa

3.     Irama

4.     Artikulasi/lafal

5.     Intonasi

6.     Jeda/tempo

7.     Amanat

D.  Gaya Bahasa (Majas)

1.    Majas Perbandingan

1)  Majas Alegori

Majas alegori adalah majas yang menyatakan dengan ungkapan kiasan atau penggambaran.

2)  Majas Personifikasi

Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan antara manusia dengan benda mati, seolah-olah benda tersebut memiliki sifat layaknya manusia.

3)   Majas Metafora

Majas metafora ini merupakan majas yang memakai analogi atau perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda.

4)  Majas Metonimia

Majas metonomia ini menyatakan suatu hal dengan memakai kata lain yang punya keterkaitan (misalnya sebuah merek dagang).

5)  Majas Asosiasi

Majas asosiasi digunakan untuk membandingkan perasaan atau emosi dengan suatu objek, simbol, atau situasi yang berbeda.

6)  Majas Hiperbola

Majas hiperbola adalah majas yang melebih-lebihkan sesuatu dan bersifat tidak logis.

7)  Majas Simile

Majas simile adalah majas yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda, menggunakan kata 'seperti' atau 'sebagai'.

8)  Majas Antonomasia

Majas antonomasia biasanya menggunakan nama atau gelar yang mewakili orang atau sesuatu yang lebih spesifik, untuk menyampaikan ide atau perasaan secara implisit.

9)  Majas Sinekdoke Pars Pro Toto

Majas pars pro toto adalah majas yang menggunakan sebagian unsur/objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

10)  Majas Sinekdoke Totem Pro Parte

Majas totem pro parte adalah majas yang mengungkapkan keseluruhan objek padahal hanya sebagian objek saja.

2.     Majas Sindiran

1)    Majas Eufimisme

Majas eufinisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus terhadap ungkapan yang dirasa kasar atau merugikan.

2)    Majas Ironi

Majas sindiran ini digunakan dengan cara menyembunyikan fakta dan mengatakan hal yang sebaliknya.

3)    Majas Sarkasme

Majas sindiran ini pengungkapannya dengan cara terang-terangan mengejek/menyindir dengan sangat kasar.

4)    Majas Sinisme

Majas sinisme ini lebih bersifat mencemooh atas ide atau pemikiran.

3.     Majas Penegasan

1)  Majas Pleonasme

Majas pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada kalimat yang sudah jelas (sebenarnya tidak diperlukan).

2)    Majas Repetisi

Majas repetisi ini merupakan majas pengulangan kata, frasa, atau klausa untuk mempertegas maksudnya.

3)    Majas Retorika

Majas retorika ini berbentuk kalimat tanya, namun tidak memerlukan jawaban. Tujuan kalimat tanya tersebut sebagai penegasan akan suatu hal.

4)    Majas Aliterasi

Majas aliterasi adalah majas yang menggunakan pengulangan huruf konsonan pada awal kata.

5)    Majas Simbolik

Majas simbolik adalah majas yang menggunakan simbol atau lambang untuk mengekspresikan suatu ide atau perasaan.

6)    Majas Paralelisme

Majas paralelisme adalah majas penegasan yang menggunakan pengulangan kata. Pengulangan ini memiliki struktur, ritme, atau gaya yang sama untuk menekankan ide atau perasaan.

4.     Majas Pertentangan

1)    Majas Litotes

Majas litotes merupakan majas yang menggunakan ungkapan penurunan kualitas untuk merendahkan diri.

2)   Majas Antitesis

Majas antitesis adalah majas yang menggunakan dua kata berlawanan untuk mengungkapkan suatu pertentangan.

3)  Majas Paradoks

Majas paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara kenyataan dengan fakta yang ada, tapi pada kenyataannya mengandung kebenaran.

E.  Citraan/Imaji

1.     Citraan Penglihatan

Citraan yang menggunakan indera penglihatan untuk menggambarkan objek yang dirasakan dapat dilihat.

2.     Citraan Pendengaran

Citraan menggunakan indera pendengar untuk menggambarkan objek yang didengar.

3.     Citraan Taktil (Perabaan)

Citraan menggunakan indera perabaan (kulit) untuk menggambarkan segala sesuatu yang dirasakan saat membaca atau mendengarkan.

4.     Citraan Penciuman

Citraan ini menggunakan indera penciuman (hidung) untuk mencium bebauan.

5.     Citraan Pengecapan

Citraan ini menggunakan citraan indera pengecap (lidah) untuk merasakan suatu rasa.

F.   Langkah-langkah Membuat Puisi

1.     Menentukan tema

2.     Menuliskan tema yang dipilih

3.     Memilih diksi yang tepat

4.     Mengembangkan diksi

5.     Menyusun larik-larik puisi menjadi baik dengan mempertimbangkan rima

6.     Memberikan judul

G.               Teknik Berpuisi

1.     Pembacaan Deklamasi

Teknik berpuisi dengan cara deklamasi menuntut Anda untuk menghafalkan teks puisi terlebih dahulu. Dalam hal ini, pembacaan puisi tidak membawa dan atau tidak menggunakan media teks saat Anda tampil. Teknik ini menitik beratkan pada pengayatan, ekspresi, suara, dan gestur atau gerak tubuh.

2.     Pembacaan Teatrikal

Teknik pembacaan ini menitik beratkan pada penampilan untuk ekspesif, penghayatan penuh terhadap puisi yang dibacakan. Pembacaan teatrikal juga memerlukan property yang mendukung, seperti kostum, aksesoris, musik, dan setting panggung.

3.     Pembacaan Tekstual

Teknik pembacaan tekstual adalah Teknik pembacaan puisi dengan cara membaca teks secara langsung, akan tetapi tidak boleh terlalu tekstual, karena harus memerhatikan hal sebagai berikut.

a.   sikap dan tatapan mata ke penonton

b.   membaca terlebih dahulu judul dan pengarang puisi

c.   artikulasi jelas

d.   Ketika membaca puisi, harus baris per baris dalam tiap baitnya

e.   Selama pembacaan puisi, pembaca harus tetap fokus dan tidak menghiraukan suara lain

f.    Ketika pembacaan puisi selesai, berhentilah beberapa saat. Tetap bersikap tenang, hembuskan napas secara perlahan, dan melakukan penghormatan kepada penonton, misal mengucapkan terima kasih.

g.   Tinggalkan tempat pembacaan puisi dengan sikap yang tenang, wajar, dan tidak tergesa-gesa.